Selasa, 06 Maret 2012

Aku dan Semua Kenanganmu

Deretan murid berjejer memanjang duduk di bangkunya  masing masing , termasuk aku . Di depan kelas tampak seorang wanita yang cukup muda berdiri ditemani sebuah penggaris panjang `dan kacamata yang melorot dari batang hidungnya . Suasana sunyi senyap , semua siswa fokus dengan kuis yang di berikan Bu Mita kali ini , Kadang hanya desahan nafas panjang yang terdengar menandakan betapa sukarnya soal yang di berikan Bu Mita . Piip – piip – piip , tiba tiba handphoneku berbunyi , serontak semua siswa termasuk Bu Mita fokus mengarahkan pandangannya padaku . “Permisi Bu , saya mau angkat telpon sebentar “ ujarku mengahadap Bu Mita agar aku bisa mengangkat telpon dari kakakku .
“Ya , silahkan “ Mendengar itu dengan tergesah gesah aku berlari keluar dan mengangkat telepon dari kakakku .
“Ya , ada apa kak ? aku lagi belajar nih “ Ujarku agak kesal karena kakakku yang menelpon tiba tiba .
“Kamu kerumah sakit sekarang , mama kambuh lagi “ujar kakak panik . Aku tersentak kaget mendengar berita kakakku , ya mamaku mengidap penyakit asma . Penyakit itu penyakit keturunan dari nenekku , untung aku tidak terkena penyakit turunan itu , tetapi kakakku lah yang mengidapnya . Hampir setiap hari mama selalu mengantongi tabung obat hisap miliknya , karena asma mama bisa kambuh tanpa diduga sebelumnya .
“Iya kak , mama di kamar nomor berapa ?” tanyaku panik .
“A17 “jawab kakakku singkat. Aku langsung menekan tombol merah pada handphone nokia X6 milikku , dengan langkah yang di percepat aku kembali masuk ke kelas menghampiri bu Mita .
“Bu , mama saya masuk rumah sakit , boleh kan bu saya permisi ke rumah sakit “
“Oh ya silahkan nak . Tapi kamu harus menghadap guru piket dulu ya “  Ujar Bu Mita memberiku izin sambil membenahi kacamatanya yang selalu melorot karena ia tidak memiliki batang hidung yang  bisa menopang kacamata yang cukup tebal miliknya .
Aku tidak begitu tahu berapa ukuran lensa yang Bu Mita pakai , tapi yang jelas kaca mata itu terlihat sangat tebal dan berat . Wajar saja hampir setiap menit ia membenahi kacamatanya yang melorot . Dengan buru buru aku menhampiri mejaku dan membereskan peralatan sekolah yang berserakan di atasnya.Dina yang duduk di depanku melemparkan pertanyaan yang ada di benaknya ketika aku terlihat sepanik itu .
“Ada apa Mei ? “
“Mama ku masuk rumah sakit ,Din , tolong catetin catatan buat aku ya , ok “ Aku terus membereskan peralatan belajarku
“iya, buruan gih “
Aku menggendong tasku dan langsung pamit kepada Bu Mita , kakiku pun melesat bagai kilat berlari menuju lantai bawah tempat guru piket berada , untungnya yang piket hari ini bukanlah pak Jono , seorang guru yang terkenal sangat galak di sekolah ini . Dengan begitu aku tak perlu berdiri di depan meja piket untuk memberikan alasan yang sangat tepat agar aku bisa segera menyusul kakak di dirumah sakit . Setelah urusan guru piket selesai , aku berlari menuju parkiran dan segera melajukan mobil honda jazz pink milikku dengan kecepatan tinggi . Bisa di tebak , kurang dari lima belas menit aku sudah sampai di rumah sakit.
Decitan suara sepatuku kian terdengar saat aku mempercepat langkah kaki ku menyusuri koridor rumah sakit. Aku menyusuri tangga menuju lantai dua , sesampainya di depan kamar A11, aku tertegun di depannya lalu mencoba mengingat nomor kamar tempat Mama ku di rawat .
“A11, atau A17 ya ?” gumamku membuka satu persatu memori di kepalaku . Tapi aku benar benar lupa , ah coba saja dulu , kalu salah ya sudah .
Tanganku meraih gagang pintu dan mulai memutarnya perlahan , kakiku melangkah ragu masuk kedalam ruangan , namun aku paksa kakiku hingga aku sekarang berada di depan tempat tidur yang di tutupi tirai panjang berwarna hijau tua .  Ruangan ini sangat sepi seperti tak ada tanda tanda kehidupan . Perlahan lahan ku singkapkan tiras berwarna hijau itu , aku terkejut menutup mulutku ketika  mendapati seorang laki laki tampan yang seumuran denganku tertidur pulas dengan selang infus yang menghiasi tangannya . Ku pandangi wajahnya, dari wajahnya tampak banyak cerita yang ia pendam , terlihat sekali ia tegar menahan semua yang ia hadapi saat ini dari senyum simpul di tidurnya . Aku beranjak dari tempatku berdiri lalu berjalan pelan ke arah pintu , namun tak sengaja aku menabrak meja yang terletak di sisi pintu . Mendengar bunyi itu laki laki penghuni kamarini pun terbangun .
“Kamu siapa ?” tanya sang pemilik kamar yang membuatku menghentikan langkahku dan berbalik pelan kearahnya . 
“Mmm , maaf , aku salah masuk kamar permisi “ Jawabku pelan menunudukan kepala karena takut memandang wajahnya yang begitu tampan
“Oh iya , gak papa kok “ Jawabnya tersenyum kearahku.
“Permisi “ Aku segera berlari keluar kamar ketika ingat akan keadaan mamaku .
“Hei tunggu “ Panggil laki laki itu , namun panggilannya tak aku hiraukan karna sekarang waktu emergency , lagi pula aku harus segera melihat kondisi mamaku .
              Seorang wanita separuh baya terkulai lemas di atas pembaringan . Selang oksigen tampak menghiasi hidungnya yang mancung . Di sisinya tampak kakakku duduk menemaninya . Dengan perasaan yang sedih aku melangkah mendekati kakakku yang terlihat lelah . Langkah sepatuku yang terdengar membuat kakak menyadari akan kedatanganku dan langsung menghampiriku.Aku tak mampu membendung air mataku , aku menghambur memeluk mamaku yang masih terkulai lemah .
“Mama , mama gak papa kan ? “ tanyaku menggenggam erat tangan mama. Mama memandangiku dengan tatapan sayu , lalu ia tersenyum simpul kearahku .
“Mama gak papa , sudahlah Mei , kamu gak usah nangis ya . Mama senang melihat Mei ada di sini “ jawab mama menghapus air mata yang membasahi pipiku . Aku memeluk mama seakan tak ingin kehilangan mama , aku sangat menyayangi mama , karna saat ini hanya mama lah yang mengerti aku . Aku kembali teringat akan kepergian papa setahun yang lalu akibat kecelakaan yang telah merenggut nyawanya . Itu semua lah yang membuatku takut akan kehilangan orang yang ku cintai `untuk ke dua kalinya .
            Aku melangkah kearah lobi rumah sakit , disana tampak seorang laki laki berdiri tertegun didepan mesin minuman dan tiang infus yang menemani disampingnya . Sepertinya aku mengenal sosok lelaki itu , dia kan laki laki penghuni kamar A11 tadi . Setelah sekian lama aku memandangi laki laki itu , minuman yang ia pilih tak kunjung keluar dari box minuman , melihat ia yang kesusahan , aku menghampirinya .
“Kenapa ?” Tanyaku padanya .
“Ini , minumannya gak keluar keluar “ Jawabnya mencoba menekan lagi minuman jeruk yang ia pilih.
“Hmmm , biasanya box seperti ini harus di paksa biar keluar . Kamu minggir sebentar “ Aku menyuruhnya untuk menjauh dariku . Setelah mundur tiga langkah , ancang ancang pun aku siapakan . Tak lama kemudian BBAAAKKK ! terdengar suara ketika sepatu hitam sekolahku mendarat di box minuman itu , tak sampai satu menit , dua kaleng minuman keluar dari box itu .
“Ini , satu untuk kamu , satu untuk aku “ Aku menyodorkan satu minuman padanya.
“Makasih ya ... wah ternyata tenagamu cukup kuat “ Puji laki laki yang belum ku ketahui namanya itu sambil mengajakku duduk di bangku tak jauh kami berada.
            Kami berbincang bincang , hingga akhirnya sekarang aku tahu kalau ia sebenarnya berna Rio . Ketika aku menanyakan sejak kapan ia berada di rumah sakit , ternyata ia sudah berada selama hampir empat bulan disini . Aku berpikir apa ia tidak bosan berada disni selama itu ? bukan hanya itu saja , ia juga bercerita kalu Ibunya telah meninggal dan Ayahnya hanya sibuk dengan perusahaaanya . Jadi yang menemaninya di rumah sakit hanyalah Bodyguard bayaran papanya . Jujur ia sangat merindukan ibunya , karena hanya ibunyalah yang mengerti semua perasaannya . Air mataku sempat menetes mendengar semua ceritanya, dan dari sana aku sadar bahwa ada orang lain yang tidak lebih beruntung dari aku .
“Kamu mau kemana ? “ tanyanya saat aku mengunjunginya ketika menjemput ibuku pulang .
“Mau jemput ibuku , alhamdulillah ibuku sudah sembuh “ Jawabku senang kearahnya .
“Berarti kamu gak bakalan kesini lagi donk “ Ujarnya sedih menatapku . Aku tahu perasaannya ia pasti akan merasa kesepian jika aku tak berada disini lagi .
“Tenang saja , besok aku akan kesini lagi , OK! “ aku mengacungkan tanganku memberi semangat kepada Rio .
            Sepulang sekolah aku memutuskan untuk menjenguk Rio , namun kali ini aku membawa sebatang coklat untuk aku hadiakan padanya . Ketika sampai di depan ruangan aku kaget melihat lima orang berdiri dengan memakai jaz hitam dengan raut muka yang sedih di depan kamar Rio . Aku melangkah menghampiri salah satu laki laki yang paling tua di antara kerumunan itu .
“Mmm , bolehkah saya bertemu dengan Rio ?“ Tanyaku kepada seseorang yang berdiri di depan pintu kamar Rio .
“Oh ya nak , apakah anda yang bernama Mei ? “ laki laki itu tak menjawab pertanyaanku , ia malah melemparkan pertanyaan yang semakin membuatku bingung . Sebenarnya ada apa ini ?. Aku pandangi semua orang yang berada di sekelilingku , raut wajah mereka tampak sedih sekali , apa yang sebenarnya terjadi pada Rio ?
“Iya , kenapa ya pak ?” jawabku setelah agak lama memperhatikan suasana di tempat aku berada sekarang .
“Saya paman Rio .Ini titipan surat dari Rio , saya menemukan ini di bawah bantalnya . Sekali lagi terima kasih anda telah ingin menjadi teman Rio .”  laki laki itu menyodorkan surat yang Rio persembahkan untukku , setelah itu laki laki itu menangis dihadapanku.
“Apa yang terjadi pada Rio ?” Aku semakin bingung dengan semua ini .
 “Rio .... Rio meninggal nak “ Mendengar penuturan itu , aku menghambur masuk mendekap jasad Rio yang kaku . Tak ada lagi hembusan nafas yang keluar dari hidungnya . Tak ada lagi seyum tegar menghiasi bibirnya .Air mataku mengalir deras membasahi punggung tangan Rio yang dingin , dengan erat ku genggam tangannya yang tak mungkin bergerak lagi untuk menyentuhku .
Mei ... Aku sangat berterima kasih padamu , karena kau telah menemaniku satu minggu ini dan aku masih ingat betapa kuatnya kau menendang box minuman saat itu . Awalnya aku bertekat untuk tak akan mengenal sosok wanita , sebab aku takut wanita itu kecewa jika tahu aku akan pergi meninggalkannya . Tapi saat pertama kali aku melihatmu rasa itu hilang dan membuatku ingin mengenal sosok sepertimu di ujung umurku . Aku akui aku jatuh cinta padamu , namun aku tak berani mengatakannya , karena aku pasti pergi secepatnya dan meninggalkanmu di dunia ini . Maafkan aku telah meninggalkan kenangan dihatimu .
                                                                                                            Rio
            Kini aku hanya terpaku memandang gundukan tanah yang masih basah dengan hamburan bunga yang masih segar di atasnya . Sebuah kayu berwarna putih terukir indah nama Rio , sosok laki tegar yang pantang putus asa . Walau kita hanya bisa bersama sama selama satu minggu namun kenangan yang kau berikan tak akan pernah aku lupakan . Semoga kau tenang di sana , suatu saat, cepat atau lambat aku akan menyusulmu . Aku menaruhkan sebatang coklat yang akan aku berikan padanya waktu itu di samping batu nisan Rio . Kakiku mulai melangkah meninggalkan tempat terakhir Rio dan menyimpan rapi semua kenangan singkat yang ku lalui dengannya .
Selesai










1 komentar:

  1. Hmm.. Udah keren ni maahh..

    Cuma kok Ukuran fontnya kekecilan sih..? Coba di atur lagi yah biar readers lebih senang membacanya..

    Terus setiap posting tu dikasih "Readmore/Baca selengkapnya" biar gak semua posting di liatin di Home kita.. kalau belum bisa tanya aja besok sama aku yah :) atau liat di blog ku ini postingannya "Widget Ringan untuk blog" cari aja di google :)

    Sukses for U..

    BalasHapus

Search

 
All About Satrio's Family Blogger Template by Ipietoon Blogger Template